Kondisi Perempuan Sebelum datangnya Islam

Membaca sejarah kehidupan kaum perempuan di masa lampau, sepertinya kita sepakat bahwa keberadaan mereka membawa cerita duka. Sejak keluar rahim sampai akhir hayatnya, mereka tidak pernah mengenal kata ‘hak’. Bahkan pada masa peradaban tinggi sekalipun, kehadiran perempuan dianggap tidak lebih sebagai benda mati yang tidak berguna.

Dalam sejarah bangsa-bangsa besar yang menguasai sebagian besar wilayah bumi, seperti bangsa Yunani, Romawi, Mesir Kuno, dan tidak terkecuali bangsa Arab. Bangsa Arab yang masih memiliki keturunan dari para penyampai risalah Allah Swt. Pada zaman dulu pun, tidak luput dari kisah kelam dalam memandang kaum perempuan.

Sisi gelap yang dialami wanita dapat dilihat dari perlakuannya laki-laki yang selalu merendahkan derajat kaum wanita. Kaum wanita hanya boleh melakukan pekerjaan-pekerjaan  yang rendah, bahkan bisa membunuh karakter wanita itu sendiri. Wanita hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu belaka. Wanita harus tunduk pada ayahnya, suaminya (jika meninggal), dan kerabat suaminya (jika dia sudah tidak memiliki sanak saudara).

Kaum wanita dilarang berbicara, karena ketika mereka berbicara, bencana akan timbul. Selain itu, ada perasaan malu bila memiliki anak perempuan, sehingga sng ayah tidak segan-segan menguburnya hidup-hidup. Hal ini seperti yang dikabarkan Allah Swt, dalam Al-quran yang artinya :

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah (merah padam) mukannya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang ramai disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apabila ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya ke dalam tanah (hidup-hidup), ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan.” (QS. An-Nahl : 58-59).

Gambaran tersebut terjadi karena “Kebodohan” kaum yang hidup pada masa itu. Mereka sukar menerima cahaya kebenaran  Allah Swt, seakan telah mengunci pintu hati, telinga, dan mata mereka, padahal telah berulang kali diperingatkan oleh para pembawa risalah Allah Swt tetapi mereka tetap tidak mau beranjak dari lingkaran kelam. Terlebih, ketika mereka mengetahui bahwa turunnya Adam as ke muka bumi karena ada campur tangan Hawa yang memakan buah kuldhi, maka semakin tidak bernilailah perempuan bagi mereka.

Kaum terdahulu sebenarnya mengetahui keindahan dan kelembutan yang dimiliki wanita. Karena kelembutan itu juga, kaum laki-laki bisa semena-mena menindas kaum wanita. Pertanyaannya, apakah kaum wanita pada saat itu bener-bener merasa tertindas?  Jika iya, mengapa sampai ada prostitusi pada masa itu? Mengapa pada zaman jahiliyah sampai ada yang thawaf bertelanjang ketika mengelilingi Ka’bah? Bukankah itu semua atas kesadaran mereka (kaum wanita)?

Jika demikian, berarti sejarah kelam kaum wanita yang dikuasai oleh kebodohan kaum laki-laki, juga dibarengi dengan kebodohan kaum wanita itu sendiri. Kebodohan yang mematikan keberanian untuk bangkit berkaca dari kaum-kaum terdahulu.

Sumber : Ahmad Bahaudin, Perempuan Dalam Bingkai Sejarah

About Zafira Wafa

Check Also

Menjadi Muslimah Yang Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah nilai luhur yang semestinya ada di dalam diri muslimah. Nilai ini sangat …

Tinggalkan Balasan