BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu memiliki kedudukan yang mendasar dalam kehidupan manusia. Hampir setiap aktivitas manusia dikendalikan oleh ilmu. Perkembangan ilmu sendiri sangatlah pesat mengiringi tingkat tuntutan kebutuhan manusia baik yang yang bersifat material, teknis, kemanusiaan, kemasyarakatan, maupun bersifat spiritual dan religius. Pada dasarnya tujuan pokok lahirnya ilmu adalah untuk meningkatkan taraf hidup kemanusiaan. Belakangan ini, terutama ilmu-ilmu kealaman lebih banyak digunakan untukhal-hal yang mengancam kehidupan manusia seperti pembuatan senjata nuklir.
Berdasarkan keragaman dan dinamika kebutuhan manusia, berkembanglah disiplin-disiplin ilmu, yaitu ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial-humaniora, dan ilmu-ilmu agama. Ketiga disiplin ilmu tersebut, terutama terkait dengan sifat objek kajiannya, memiliki kekhasan epistimologis masing-masing. Kekhasan itu tergambar dalam cara kerja ilmu-ilmu. Cara kerja antar ilmu-ilmu jelas memiliki perbedaan, meskipun dalam tingkatan tertentu memiliki titik-titik singgung.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Arab yakni “alima ya’lamu ‘ilman” yang berarti mengerti atau memahami benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu berasal dari kata science, yang berasal dari bahasa Latin scienta dari bentuk kata kerja scire, yang berarti mempelajari dan mengetahui. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang sesuatu atau bagian dari pengetahuan.
Secara khusus, Suparlan Suhartono mengemukakan tentang perbedaan makna antara ilmu dan pengetahuan. Dengan mengambil rujukan dari Webster”s Dictionary, menjelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah suatu yang menjelaskan adanya suatu hal yang diperoleh secara biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) didalamnya terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, metodis, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai obyek studi yang lebih bersifat fisis (natural). Dapat dipahami bahwa pengetahuan mempunyai cakupan lebih luas dan umum daripada ilmu. Oleh karena itu, keberadaan ilmu dan pengetahuan tidak boleh dipisahkan, sama pentingnya bagi hidup dan kehidupan. Ilmu membentuk daya intelegensia, yang melahirkan adanya skill (keterampilan) yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pengetahuan membentuk daya moralitas kehidupan yang kemudian melahirkan tingkah laku manusia.
Ilmu dan pengetahuan memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Dimana ilmu adalah hasil dari pengetahuan dan pengetahuan hasil tahu (ilmu) manusia terhadap obyek yang dihadapinya. Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang dilaksanakan dengan metode tertentu yang akhirnya menghasilkan pengetahuan. Adapun aktivitas yang dapat mengembangkan pengetahuan dipengaruhi oleh faktor bahasa dan penalaran. Melalui bahasa manusia tidak hanya berkomunikasi, namun dapat memperdebatkan temuan dan pengetahuan, dapat saling menambah dan berbagi pengetahuaan yang dimilikinya. Dalam penalaran, manusia dapat mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, dengan upaya pengantisipasian terhadap gejala-gejala yang terjadi, sehingga pengetahuan manusia senantiasa berubah lebih dinamis, progresif dan inovatif.
Van Melsen mengemukakan ciri yang menandai ilmu, yaitu:
B. Eksistensi Ilmu Pengetahuan
Cara yang digunakan untuk menjelaskan identitas ilmu pengetahuan dengan menyoroti tentang keberadaan ilmu pengetahuan tersebut, yaitu:
Objek formal merupakan objek yang akan menjelaskan pentingnya arti, posisi, dan fungsi objek di dalam ilmu pengetahuan. Objek formal mempunyai kedudukan dan peran yang mutlak dalam menentuan suatu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Selanjutnya menentukan jenis ilmu pengetahuan yang tergolong bidang studi apa, dan sifat ilmu pengetahuan yang tergolong kuantitatif dan kualitatif. Dengan objek formal ruang lingkup ilmu pengetahuan bisa ditentukan.
Menurut objek formalnya ilmu pengetahuan itu justru berbeda-beda dan berjenis-jenis bentuk dan sifatnya. Karena kajian materinya berupa hal-hal yang fisik kebendaan dan ditinjau dari segi pandangan yang kuantitatif, maka tergolong ke dalam ilmu pengetahuan alam. Kajian materinya berupa hal-hal yang nonfisik, seperti manusia dan masyarakat, yang ditinjau dari segi kualitatif, maka tergolong ke dalam ilmu pengetahuan sosial dan budaya. Secara khusus menyangkut objek materi agama, tergolong ke dalam ilmu pengetahuan keagamaan atau teologi.
Menurut Hatta metode untuk menyelidiki dunia lahir ada tiga :
Dalam ilmu metode penelitian (research) alat untuk menyelidiki atau untuk mengumpulkan informasi data dan hal-hal yang diperlukan si peneliti dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: dengan observasi, kuesioner, interview, dan lain-lain yang lebih mengarah kepada metode statistik, berupa perhitungan-perhitungan angka secara generalisasi dan pada akhirnya menghasilkan suatu informsi yang tepat dan terperinci. Sehingga akan memperkuat data prediksi, dapat menjelaskan sebab akibat terjadinya sesuatu, dapat menggambarkan suatu contoh fenomena.
Sistem Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan-pengetahuan yang terkandung di dalamnya harus saling berhubungan secara fungsional dalam satu sistem. Fungsi sistem bagi ilmu pengetahuan adalah mutlak adanya. Suatu sistem berfungsi aktif, apabila menggerakkan dan mengarahkan langkah-langkah yang telah ditentukan di dalam metode agar daya kerja metode konsisten, sehingga pencapaian tujuan kebenaran ilmiah lebih terjamin.
Kebenaran Ilmu Pengetahuan
Kebenaran ilmiah adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuan. Kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, di dalamnya terkandung sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda -beda tetapi saling bersesuaian.
Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia mengenai objek. Jadi kebenaran itu ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan berasal mula dari banyak sumber. Sumber tersebut sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.
Ukuran kebenaran dalam filsafat bersifat logis tidak empiris, maka ukuran kebenarannya adalah logis tidaknya pengetahuan itu. Sementara dalam ilmu bersifat logis empiris. Logis dan tidaknya teori filsafat akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan atau teori tersebut. Oleh karena itu, fungsi argumen sama pentingnya fungsi data dalam ilmu pengetahuan.
C. Cara Kerja Ilmu Ilmu
Ilmu-Ilmu Alam
Ilmu-ilmu alam memandang alam dari satu jurusan melalui ukuran atau metode, saran, dan peninjauan tertentu. Ilmu alam mencari keterangan mengenai alam yang bertubuh atau benda-benda di alam yang dapat diketahui dengan pancaindera (alat tertentu yang membantu fungsi pancaindera agar bekerja lebih sempurna). Cabang-cabang ilmu alam yang muncul pertama kali adalah ilmu perbintangan (astronomi) disusul matematik yang merupakan sarana berfikir. Kemudian muncul ilmu fisika, kimia,botani zoologi, ilmu bumi dan lain-lain. Pada awalnya ilmu-ilmu alam hanya bersifat teoritik, manusia semata-mata ingin mengetahui sfat-sifat benda dan kodrat alam. Ketika manusia menerapkannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam kehidupan, maka timbulah ilmu-ilmu praktik. Ilmu-ilmu alam sangat penting bagi kehidupan manusia terutama untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan material dan praktis manusia. Yang termasuk ilmu ini, seperti fisika, biologi, kimia, matematika, geologi, geografi, dan lain sebagainya lahir untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, material, dan mekanis teknis dari manusia terhadap alam ini.
Dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu alam bisa dirangkum dalam prinsip-prinsip seperti berikut:
Ilmu-Ilmu Sosial-Humaniora tidak sepesat perkembangan ilmu-ilmu alam.
Ilmu sosial humaniora timbul karena manusia menyadari akan adanya masalah dalam hubungan manusia dalam masyarakat. Berbagai macam segi kehidupan sosial dipelajari, sehingga melahirkan ilmu ekonomi, hokum, sosiologi, dan lain-lain. Ilmu sosial juga ada yang bersifat teoritik dan praktik. Ilmu teoritik semata-mata bertujuan untuk mendapatkan pengertian tentang kedudukan sifat-sifat sosial. Ilmu praktik, bertujuan merancang jalan untuk mencapai beberapa tujuan hidup, misalnya : manajemen, ilmu pemerintahan, pedagogic ( ilmu mendidik ).
Perkembangan ilmu-ilmu social humaniora tidak sepesat perkembangan ilmu-ilmu alam. Objek kajian ilmu sosial humaniora tidak sekedar sebatas basic dan material tetapi lebih dibalik yang fisik dan materi dan bersifat lebih kompleks. Nilai manfaatnya tidak bisa langsung dirasakan karena harus berproses dalam wacana yang panjang dan memerlukan negosiasi, kompromi dan consensus.Ilmu-ilmu sosial humaniora bersifat abstrak dan psikologis. Dilihat dari sifat objeknya, cara kerja ilmu sosial humaniora sebagai berikut :
Ilmu-Ilmu Agama
Suatu disiplin ilmu yang penting dalam kehidupan manusia yang berkembang sejak jaman dulu ketika manusia dihadapkan pada kekuatan-kekuatan adikodrati yang dia alami dalam hidupnya Mereka kemudian membangun ritual-ritual keagamaan sebagai symbol pemahaman tentang hidup dan realitas hubungan manusia dengan alam dan kekuatan adikodrati. Dalam agama-agama besar terdapat klaim-klaim pengetahuan dan di balik yang ditemukan banyak teori-teori. Di dalam ajaran agamapun tersembunyi banyak ilmu. Ciri tersebut tergambar pada cara kerja ilmu-ilmu keagamaan.;
D. Hubungan Antar Ilmu dan Aplikasinya Dalam Pengembangan Keislaman
Kerja ilmu-ilmu keislaman bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi, disamping sumber penalaran rasional dan pengalaman empiris keislaman. Keterkaitan sumber-sumber studi islam tersebut telah melahirkan banyak disiplin ilmu dalam Islam yang mengikuti perkembangan ilmu-ilmu. Prinsip kerja ilmu-ilmu keislaman mengikuti cara kerja ilmu-ilmu keagamaan, yakni mempertimbangkan gejala-gejala keislaman yang tercermin dalam karya-karya keislaman, perilaku, dan aktivitas keagamaan Islam dari para penganutnya dengan disertai penginterpretasian ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi, karena karya-karya dan aktivitas tersebut merupakan ekspresi keberagamaan Islam.
Yang terkandung dalam studi Islam Interkonektif adalah persoalan bagaimana Islam memahami dan memegangi realitas kehidupan ini dengan berbagai ragamnya, apakah itu tentang manusia, alam, ataukah Tuhan yang dalam hubungan ketiganya melahirkan berbagai realitas yang semakin beragam, politik, sosial, budaya, pendidikan, hukum, hak asasi manusia, ekologi, spiritualitas, dan lain sebagainya. Harus adanya interkoneksi dan interkomunikasi antar disiplin-disiplin keilmuan Islam.
Interkoneksitas dan interkomunikasi dalam studi Islam harus terjadi baik sisi internalnya, yakni ilmu-ilmu keislaman maupun sisi eksternalnya, yakni ilmu-ilmu Islam denga ilmu-ilmu sosial-humaniora dan ilmu-ilmu alam. Sebagai contoh misalnya ketika harus dijelaskan bagaimana pandangan Islam tentang masyarakat ideal dan sehat. Maka perlu dijelaskan dari berbagai sudut pandangnya, sisi normatifnya yang kemudian diinterpretasikan secara multidisipliner dengan melibatkan berbagai pendekatan baik psikologi, hukum, HAM, sosiologi, filosofis, ekonomi, pendidika, budaya, nilai-nilai keadaban, kebersamaan, kebertentangan, ekologi, dan lain sebagainya. Dengan demikian, keilmuan Islam yang Interkonektif dan interkomunikatif mengakui bahwa suatu realitas terjadi selalu melibatkan berbagai dimensi kehidupan dari manusia. Menyikapinya hal tersebut secara komprehensif dengan melibatkan berbagai prespektif. Semua disiplin ilmu memiliki kelebihan dan nilai konstribusi yang spesifik terhadap suatu realitas.
Rajutan interkoneksi dan interkomunikatif dalam studi Islam :
Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber normatife Islam. Dengan berbagai pendekatan, motode dan focus objeknya melahirkan ilmu-ilmu tradisional Islam, yakni tafsir, hadis, kalam, fiqh, tasawuf, lughah, tarikh, falsafah. Perkembangan ilmu moderen dan metodologi pada ilmu-ilmu alam dan sosial-humaniora menjadi kebutuhan untuk memperkaya makna dan kontekstualisasi. Ilmu-ilmu keislaman menggunakan prespektif ilmuseperti sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, arkeologi, filologi, dan sebagainya. Sebaliknya ilmu-ilmu keislaman juga bisa mengispirasi dan memperkaya pengembangan ilmu-ilmu. Interkoneksi dan interkomunikasi antar disiplin ilmu akan mendinamisir ilmu-ilmu baru, dan tidak cukup hanya dalam internal keilmuan belaka, melainkan pengembangan tersebut menyentuh isu-isu actual dan keyakinan seperti plurarismr agama, hokum, demokrasi, etika lingkungan, gender, HAM, dan lain sebagainya. Pengembangan studi Islam berpijak pada tiga hadharah, yakni hadharah an-nash, hadharah falsafah, dan hadharah al-‘ilm.
Ke depan pola kerja keilmuan yang integralistik dengan basis moralitas keagamaan yang humanistic dituntut dapat memasuki wilayah-wilayah yang lebih luas. Jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu luas sekaligus terampil dalam perikehidupan sektor-sektor tradisional maupun moderen karena dikuasainya salah satu ilmu dasar dan keterampilan yang dapat menompang kehidupan di era informasi globalisasi. Disamping itu, tergambar sosok manusia beragama (Islam) yang terampil dalam menangani dan menganalisis isu-isu yang menyentuh problem kemanusiaan dan keagamaan di era modern dan pasca modern dengan dikuasainya berbagai pendekatan baru yang diberikan oleh ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora kontemporer. Di atas segalanya, dalam setiap langkah yang ditempuh, selalu dibarengi dengan landasan etika moral keagamaan yang objektif dan kokoh, karena keberadaan Al-Qur’an dan as-Sunah yang dimaknai secara baru, selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup keagamaan yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan keagamaan, Semua itu diabdikan untuk kesejahteraan manusia bersama-sama tanpa pandang latar belakang etnisitas, agama ras, maupun golongan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang menjelaskan tentang adanya suatu hal yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis, ilmuah, dan mencakup kebenaan umum mengenai objekstudi yang lebih bersifat (natural).
Cara kerja ilmu-ilmu yang berobjek pada realitas kehidupan manusia:
Di era modern dan pasca modern, dalam memahami dan memecahkan suatu masalah tidak bisa hanya melakukan pendekatan dari satu sudut pandang saja, misalnya dilihat dari faktor psikologis, atau sosiologis, atau religius, atau yang lainnnya semata. Pasalnya disiplin ilmu tidak bisa lagi bekerja sendirian dalam memecahkan masalah, namun membutuhkan bantuan dari semua disiplin ilmu. Agama sangat arif dalam memperlakukan alam sebagai lingkungan tempat tinggal manusia yang sudah seharusnya dikembangkan sebagai dasar pengembangan ilmu. Akibat meninggalkan agama, ilmu dapat mengeksplorasi alam sehingga terjadi berbagai kerusakan ekologis kesadaran akan kelemahan dikotomi ilmu mendrong ke arah gagasan baru interkoneksi dan intergrasi antar disiplin-disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu sosial-humaniora, dan ilmu-ilmu alam.
Kitab Rujukan : Shahih Adab Islamiyyah karya Dr. Wahid bin Abdissalam bali 1.Berdoa ketika masuk…
Berdzikir kepada Allah Ketika Bangun Tidur عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى…
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله…
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما قَالَ- قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم " نِعْمَتَانِ…
Assalamu'alaikum, Catatan ini menjadi nasehat untuk diri kami pribadi dan umumnya untuk anak - anak…
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh sahabat otomotif :-) , kali ini kita akan bahas tentang piston pin…
Tampilan Versi Hemat Data